Header Ads Widget


 

Peresmian Monumen Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik: Simbol Kebangkitan Peradaban dan Kepahlawanan


بِسْÙ…ِ ٱللَّٰÙ‡ِ ٱلرَّØ­ْÙ…َٰÙ†ِ ٱلرَّØ­ِيمِ

Peresmian Monumen Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik: Simbol Kebangkitan Peradaban dan Kepahlawanan
Oleh : Tuan M. Yoserizal Saragih

Pada hari sabtu, 26 April 2025 masyarakat Kota Siantar - Simalungun dan dari berbagai kabupaten kota sumatera utara khususnya dan pulau jawa menyaksikan peristiwa monumental: Peresmian Monumen Raja Ke 14 Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik. Ini adalah momentum kebangkitan peradaban lokal sekaligus syiar nasional yang menguatkan jati diri bangsa dan meneguhkan narasi karakter kepahlawanan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kota Kerajaan ini juga Kota Siantar - Simalungun adalah tempat pertama kali berkibarnya bendera merah putih dikibarkan di sumatera timur/sumatera utara, ketika teriak kegembiraan meraih kemerdekaan menggelora.

Monumen ini bukan sekadar bangunan fisik; ia menjadi simbol perlawanan spiritual dan moral terhadap segala bentuk penjajahan yang telah merampas martabat bangsa, baik secara moril maupun spiritual. Melalui monumen ini, kita diingatkan akan pentingnya merawat sejarah dan melanjutkan perjuangan para tokoh pendahulu yang gigih menegakkan kebenaran dan keadilan.

Sebagai seorang Maharaja Bangsawan Simalungun, Tuan Sang Naualuh Damanik dikenal sebagai pemimpin yang teguh dalam menegakkan ajaran Islam dan prinsip kemerdekaan. Beliau adalah ulama dan pemimpin spiritual yang tidak pernah gentar menghadapi penjajahan. Tidak mau berkompromi dengan kekuatan kolonial, beliau menegakkan kalimat tauhid sebagai landasan perlawanan, menolak taktik adu domba (divide et impera), dan berdiri sebagai pelindung kehormatan rakyat. Dalam berbagai hikayat, kekeramatannya begitu dikenal dan dipercaya masyarakat, hingga akhirnya penjajah terpaksa hengkang dari tanah berfalsafah habonaron do bona (kejujuran atau siddiq). Dan bersama komponen perjuangan rakyat seluruhnya, Indonesia dalam rahmat Allah SWT, merdeka.

Monumen ini tidak hanya memperingati perjuangan fisik beliau, namun juga mewakili jiwa perlawanan moral dan spiritual yang berpijak pada nilai-nilai agama, adat, dan kebangsaan. Ia merupakan simbol kuat dari semangat anti-penjajahan, anti-pembodohan, dan anti perpecahan. Nilai yang diperjuangkan oleh Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik berakar dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, menjunjung tinggi persatuan dalam keberagaman budaya dan keyakinan.

Lebih dari itu, Monumen Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik layak dijadikan pusat literasi sejarah dan edukasi peradaban. Sebagai bentuk nyata dari semangat JAS (Jangan Abaikan Sejarah) atau Jangan Lupakan Sejarah, monumen ini bisa menjadi episentrum pembelajaran historis dan penguatan karakter bangsa. Harapan besar diarahkan kepada para ilmuwan dan pakar sejarah untuk terus proaktif membangun narasi yang kuat tentang kiprah dan kontribusi beliau terhadap sejarah kemerdekaan dan nilai-nilai keadilan sosial.

Sebagai simbol warisan budaya dan moral, monumen ini juga memperkokoh nilai-nilai Pancasila yang begitu beliau hidupi. Semangat siddiq, keadilan, gotong royong, dan keteguhan hati merupakan esensi dari perjuangan Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik. Oleh karena itu, peresmian ini menjadi penanda penting dalam membumikan kembali nilai luhur bangsa sekaligus memperkuat jati diri kepahlawanan nasional yang konsisten menolak segala bentuk penjajahan, baik secara fisik, politik, maupun ideologis.

Sebagai ikon kebangkitan peradaban Nusantara, monumen ini juga menjadi penanda penting bagi generasi muda khususnya putra-putri etnis bangsawan simalungun untuk memahami sejarah sebagai bagian dari identitas dan pijakan masa depan. Ia adalah simbol kebangkitan nilai, bukan sekadar romantisme masa lalu, melainkan ajakan menuju Indonesia yang lebih adil, berdaulat, dan bermartabat.


Ada beberapa karakter yang teridentifikasi dengan baik pada Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik:

1. Kepemimpinan Moral dan Spiritual

Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik memimpin rakyat dengan kekuatan moral, bukan hanya militer kerajaan. Ia menjadi teladan yang membangkitkan kesadaran spiritual dan sosial untuk membebaskan negeri dari kolonialisme.

2. Mengajarkan Nilai Kejujuran dan Persatuan

Melalui filosofi habonaron do bona, beliau membangun integritas kolektif dan menolak politik devide et impera. Ini menjadikan beliau pelopor nilai-nilai sosial yang selaras dengan prinsip-prinsip Pancasila.

3. Simbol Keberagaman yang Bersatu

Dalam perjuangannya, beliau tidak memandang latar belakang etnis atau agama. Ia adalah representasi dari semangat persatuan yang melampaui batas suku dan agama, telah berpikir moderasi - wasathiyah.

4. Relevansi Kekinian

Di tengah degradasi moral dan tantangan kebangsaan masa kini, figur beliau sangat relevan sebagai model teladan pemimpin yang bijaksana, jujur, dan setia pada nilai luhur agama dan bangsanya wujud bhineka tunggal ika.

5. Warisan Sejarah yang Luar Biasa

Sebagai tokoh yang berjasa besar dalam sejarah lokal dan nasional, jejak perjuangan beliau harus diapresiasi baik secara lokal, nasional dan internasional.

6. Potensi Pusat Kesadaran Sejarah Nasional

Monumen ini dapat menjadi pusat kebudayaan, sejarah, dan nasionalisme baru menyatukan kesadaran kolektif bangsa dalam satu arah: mencintai tanah air dengan sepenuh jiwa ber karakter Pancasila.

Penutup
Peresmian Monumen Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik pada hari sabtu 26 April 2025 bukan hanya penanda sejarah, tetapi juga simbol anti penjajahan, anti devide et impera, dan ikon persatuan. Kita berharap monumen ini akan terus berdiri sebagai mercusuar kepahlawanan dan peradaban bangsa yang mengingatkan kita untuk tidak pernah melupakan sejarah.

Sejarah adalah jantung identitas bangsa. Dan dalam denyut sejarah itu, nama Maharaja Tuan Sang Naualuh Damanik patut dicatat dengan tinta emas sebagai sosok yang sangat layak diusulkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.
Semoga Husnul Khotimah. Aamiin Ya Rabbal Alamin

(Penulis adalah wakil dekan III Fakultas Ilmu Sosial UIN Simatera Utara)
صَÙ„َّÙ‰ اللهُ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØ­َÙ…َّد صَÙ„َّÙ‰ اللهُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ

Posting Komentar

0 Komentar