بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ
Momentum bersejarah pada 4 November 2024 di Hotel JW Marriott, Jakarta Selatan, menandai lahirnya Institute for Humanitarian Islam, sebuah lembaga yang merepresentasikan kematangan nilai wathoniyah dan semangat rahmatan lil’alamin dalam diri para pemimpin bangsa. Peresmian institut ini dihadiri tokoh-tokoh penting seperti Menteri Agama RI Almukarom Bapak Prof. Dr. Kyai H Nasaruddin Umar, MA, dan Menteri Agama priode 2019-2014 Almukarom Kyai H. Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), dan Ketua Umum PBNU Almukarom Kyai H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) Ketua Umum BPNU. Kehadiran mereka bukan hanya simbol, tetapi juga menjadi pengingat bahwa prinsip-prinsip kemanusiaan dalam persfektif Islam memiliki relevansi semangat mendalam untuk merawat nilai kebangsaan Bangsa Indonesia yang pancasilais.
Pancasila, yang mewujudkan nilai-nilai seperti penghargaan terhadap keberagaman, keadilan sosial, dan persatuan, memiliki hubungan erat dengan visi Institute for Humanitarian Islam. Almukarom Kyai H Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) sebagai pemimpin institut ini mengajak masyarakat untuk membangun inklusivitas dan transformatif melalui perspektif Islam yang mendukung keberagaman. Hal ini merupakan perwujudan nyata dari sila ketiga Pancasila, yaitu "Persatuan Indonesia," yang menekankan pentingnya merajut persaudaraan dalam perbedaan serta mengedepankan dialog dan empati.
Konsep rahmatan lil’alamin atau Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta yang diusung dalam lembaga ini sejalan dengan nilai-nilai pancasilais. Sebagaimana yang sering disampaikan oleh Almukarom Kyai H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) Ketua Umum BPNU, keunikan Indonesia dalam membangun unity in diversity adalah kontribusi nasional yang dapat menginspirasi dunia. Nilai ini tidak hanya mengukuhkan Indonesia sebagai bangsa yang menghargai keberagaman, tetapi juga mengangkat Islam sebagai ajaran yang menghormati perbedaan, melebihi batas agama dan budaya.
Bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), peluncuran Institute for Humanitarian Islam ini menjadi pengingat bahwa Islam dan Pancasila dapat berjalan seiring. Melalui lembaga ini, tokoh-tokoh agama telah memberi contoh nyata bahwa Islam yang berlandaskan nilai-nilai kasih sayang dan keadilan dapat memperkuat karakter bangsa yang menghargai perbedaan. Pemikiran dan aksi kemanusiaan mereka membuktikan bahwa nilai-nilai tasawuf yang penuh kasih bisa menjadi landasan kepemimpinan berkeadilan sosial, sebagaimana tercermin dalam sila kelima Pancasila, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Para pemimpin seperti Menteri Agama Prof. Kyai H.Nasaruddin Umar dan Almukarom Kyai H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) Ketua Umum BPNU menunjukkan bahwa Islam dan Pancasila adalah pondasi yang saling melengkapi dalam membangun Indonesia yang harmonis. Sikap mereka yang menjunjung tinggi keberagaman dan perdamaian menginspirasi mahasiswa untuk aktif mengembangkan karakter yang mengedepankan keadilan, cinta kasih, serta wawasan luas.
Sebagai bangsa dengan keberagaman budaya dan keyakinan, Indonesia melalui Institute for Humanitarian Islam semakin mengukuhkan posisinya dalam mempromosikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal. Semoga lembaga ini dapat memperkuat kualitas keberagaman yang harmonis di Indonesia dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa/i untuk berperan aktif dalam memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan global, berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Inilah panggilan bagi generasi muda untuk menjawabnya dengan kepemimpinan yang cerdas, beretika, dan memiliki semangat persatuan dalam keberagaman, payung rahmatan lil'alamin.
صَÙ„َّÙ‰ اللهُ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّد صَÙ„َّÙ‰ اللهُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…
0 Komentar